Farhan (Part II)
0
Lalu
entah setan apa yang telah merasuki teman temanku, mereka lalu menyerang laki
laki yang telah menolongku tadi. dengan hebatnya laki laki itu menangkis semua
pukulan dari mereka, dan membuat mereka kewalahan, karena teman temanku kalah
mereka lari entah kemana. Lalu pemuda itu membetulkan dan membersihkan baju
kemeja putih dan celana abu abu nya ada beberapa bekas tapak sendal.
Setelah
selesai merapihkan bajunya dia berkata kecil “cihh menghamburkan tenagaku saja
anak anak itu..” lalu berjalan menghampiriku yang sedang menangis karena
rasanya badanku remuk semua.
Laki-laki
itu : “kamu engga apa apa de?”
tanyanya sambil membantuku berdiri, karena pada saat itu aku dalam keadaan terduduk
di jalan.
Aku : “sakit sekali.. kak makasih
udah nolong ya” kataku sambil terisak isak.
Laki-laki
itu : “ayo kerumah dulu, kita cuci
luka mu, takutnya infeksi tuh” sambil menunjuk ke arah rumahnya, yang ternyata
tepat di belakangnya.
Aku : “aduhh...” ketika aku
berjalan ternyata kakiku sakit sekali.
Laki-laki
itu : “kaki kamu sakit ya?? Hemm
yaudah deh sinih di gendong” lalu dia berjongkok dan aku pun naik ke
punggungnya, ia membawaku ke teras rumahnya.
Laki-laki
itu : “tunggu ya aku akan membawa
obat merah dan air panas dulu”
aku
hanya bisa mengangguk sambil menahan tangis. Sambil menunggu, aku lalu berfikir
siapa laki laki itu dan sepertinya ia jago juga melawan ke 15 temanku tadi
sendiriaan.
Tidak
lama kemudian ia keluar sambil membawa kotak P3K dan segelas air panas, ia lalu
mengobati luka lukaku. “jangan nangis, laki laki harus kuat dong! Oh ia nama
kamu siapa?” katanya sambil terus mengobati lukaku.
Aku : “namaku farhan, terimakasih
ya kak udah nolongin aku, nama kakak siapa?”
Laki-laki
itu : “hahahhaha.... iya iya sama
sama, nama aku Rama, kok bisa sih kamu sampai di kroyok gitu?”
Aku : “aku tadi tidak sengaja
menyenggol doni sampai ia terjatuh, tapi malah di sangka sengaja melakukan itu
oleh semua teman temanku”
Kak
Rama : “tapi benerkan kamu gak sengaja?” dengan tatapan serius
dan menghentikan mengoleskan obat merahnya ke lututku yang berdarah.
Aku : “tentu saja aku tidak
sengaja, ngapain di sengaja?” sambil ketakutan melihat muka seriusnya.yang
asalnya bertampang ramah.
Kak
Rama : “hahaha tentu saja aku percaya, jangan ketakutan gitu
farhan, orang dari tadi aku memperhatikan kalian bermain bola, sampai akhrinya
temanmu terjatuh karena tersenggol olehmu” laki laki itu tertawa terus.
Aku : “oh jadi kakak dari tadi
liat aku main ya?” tanyaku heran, karena aku tadi tidak memperhatikan detail
mengenai keadaan sekitar sini saat bermain.
Kak
Rama : “yooo..., yosh beres nih, rumah kamu di mana farhan,
biar kakak anterin naik motor?”
Aku : “ga usah kak ga usah di
anterin lagian deket kok ka itu di block sebelah “ jawabku, walaupun aku tidak
yakin bisa berjalan terlalu jauh.
Kak
Rama : “ahh kamu jalan aja tadi gak
bisa, udah biar kakak anterin aja yu!”
Aku : “hehehe... iya kaka tau
aja, makasih ya sebelumnya”
dia
menuju garasi dan mengeluarkan motor supra fit berwarna merahnya.
Kak
rama : “sini naik!”
Aku
berdiri tapi “aduhh...” aku tidak kuat untuk berjalan. Kak rama menuju ke
arahku dan menggendongku, lalu mendudukanku di jok motornya.
Kami
langsung menuju rumahku, dan ketika aku sampai di rumah ia pun menggendong ku
sampai kekamarku. Pembantu ku pun datang menanyakan apa yang terjadi padaku
hingga babak belur seperti ini?
“tadi
dia di kroyok temen temennya” kata kak rama,
“untung
ada kak rama yang negabantu aku tadi, dari orang orang sialan itu” sambungku.
Pembantuku
lalu berterimakasih pada kak rama.
Kak
Rama : “saya pulang dulu ya,
sepertinya sudah hampir maghrib nih” katanya sambil berdiri dari kursinnya.
Pembantuku : “oh iya iya silahkan, sekali lagi terima
kasih ya nak rama, udah nolong farhan, entar main kesini lagi ya”
Kak
Rama : “inget ya laki laki gak
boleh cengeng apalagi nangis kayak tadi, oke?”
Aku : “iyaaa, makasih ya kak udah
nolong aku tadi”
Kak
Rama : “yoo nyantai aja, cepet
sembuh okey!” sambil pergi keluar kamar dan, pulang dengan motornya.
Hemm
lama kelamaan luka ku ini terasa sakit, tapi orang tuaku belum juga pulang,
padahal sudah jam 8 malam. Aku mulai sedih dan hampir menangis lagi, tetapi aku
teringat kata kata kak rama kalau laki laki tidak boleh cengeng, aku mengusap
air mataku yang hampir saja mengalir di pipiku yang memar ini. Dan berusaha
untuk tidur, walau pun itu sulit sekali, karena luka luka memar ini.
Bersambung Ke Part III
0 komentar:
Post a Comment