Tragedi Bobotoh Bagian II
0
Setelah beberapa jam menangis akhirnya aku
tertidur karena kelelahan. “Hendra, hendra, tunggu jangan pergi!” aku terbangun
karena aku memimpikan hendra yang pergi berlari meninggalkanku.
Aku teringat lagi kalau hendra meninggal. Aku
tidak kuat berdiri menapaki kenyataan ini. Aku bersusah payah melangkah ke
lemari pakaian ku, kucari baju itu, ah ini dia.. baju yang di belikan hendra
beberapa waktu lalu. Ini baju jersey persibku. Aku mandi dan mengganti
pakaianku dengan pakaian jersey itu.
Aku terus menangis tak bisa menutup keran
mataku ini. Walau suara handphone ku terus berdering aku tidak memerdulikannya.
Aku berjalan ke arah stadion siliwangi itu. Disana
terlihat sangat sepi sekali mungkin karena sekarang telah Pk. 23.00. disini
sangat dingin, tetapi aku tidak memerdulikannya.
Aku berdiri di pinggir stadion yang gelap
itu, aku keluarkan silet yang ada di kantungku, dan ku adukan dengan nadi
tangan kiriku. Aku menahan jeritan ini rasanya sakit sekali, hingga aku
mengalirkan airmata dan darah terus keluar dari tangan kiriku. Aku terjatuh,
dan rasanya seperti mengantuk, semuanya gelap dan aku tidak pernah merasakan
napasku lagi.
Nah kawan begitulah cerita dari wanita itu :D
tetapi banyak kejanggalan ketika dia menceritakannya, waktu kejayaan stadion
siliwangi itu tahun 1956 sampai 1976 an, tapi kok sudah punya HandPhone ya? Atau
memang kejadian ini ketika sudah banyak handphone di Indonesia? huallah hu alam
0 komentar:
Post a Comment