Adsens

Bloody Stabbing Knife

Gara Gara Ini Semuanya Di Mulai

0
3:21 PM


Kakiku melangkah lunglai melewati jalanan yang sudah bosan aku lalui ini, pagi ini aku lemas sekali karena diberitakan salah seorang tetanggaku di temukan pingsan di kamarnya dengan mulut berbusa dan wajah membiru. Aku pikir ia akan meninggal karena ia sudah cukup tua mungkin umurnya sekitar 65 tahun nan
, ia adalah pemilik sebuah warung yang biasa aku dan teman temanku jadikan tempat untuk nongkrong, orang nya sangat ramah kepada kami.

Aku terus berjalan dengan menggunakan seragam putih abu abu yang gombrang ini. karena sekolah ku tidak di lewati kendaraan umum dan jaraknya yang cukup jauh, itu lah yang membuatku malas pergi ke sekolah.

Ketika sampai di gerbang sekolahan aku harus pushup karena itu adalah hukuman bagi orang yang terlambat masuk ke sekolah, hampir setiap hari aku terlambat entah mengapa aku sering mencoba berangkat lebih awal tapi tetap saja ketika sampai di sekolah sudah terlambat juga.
Aku langsung membanting tas ke meja dan duduk dengan muka madesu, orang bilang mukaku ini tidak ada pancaran semangatnya katanya mukaku adalah muka malas, padahal aku tidak semalas itu juga.
Pelajaran pun di mulai. aku sudah mulai bosan dengan pelajaran pelajaran ini, dan sampai lah jam pelajaran ke 5 saatnya ulangan bahasa Indonesia, “sial aku lupa gak ngapalin”elotehku dalam hati. ulangan pun di mulai, tiba tiba bulu kudukku merinding dan aku merasakan dingin yang sangat aneh, aku tidak berfikiran yang macam macam waktu itu karena memang sekarang sedang musim hujan dan di luarpun agak mendung. Setelah beberapa saat terdengar seperti ada suara seorang perempuan menangis “siapa yang nangis ya? Apa ada yang nangis gara gara ga bisa ngejawab ulangan ?” pikirku. Aku tak menghiraukannya dan tetap melanjutkan mengerjakan soal soal yang kebanyakan bacaan ini. Tidak beberapa lama kemudian suara tangis itu semakin jelas terdengar, aku ingin sekali menengok ke arah belakang dan mencari tahu siapa yang menangis, tetapi ku urungkan niatku itu karena gurunya sangat galak, pasti di marahi kalau liat kebelakang. (karena aku duduk di paling depan di pojok kiri)
Tetapi ketika aku mendengarkan lagi dengan seksama ternyata tangisan itu berasal dari arah sebelah kiriku “loh kan di kiri cuman ada tembok” aku pun menengok ke arah kiri dan ternyata memang tidak ada siapa siapa.
Jam pelajaran pun selesai dan saatnya untuk pulang, tetapi kebiasaan ku dan beberapa teman teman kelasku adalah diam dulu sambil ngobrol ngobrol di balkon depan kelas. Temanku satu per satu sudah mulai pulang, dan ketika aku hendak pulang untuk mengambil tas di dalam kelas, aku terhentak kaget melihat sesosok ibu ibu dengan baju merah dan menggunakan sarung coklat kotak kotak duduk di bangku ku sambil menangis, dan yang lebih menyeramkan lagi adalah aku sudah tak asing lagi melihat ibu ibu itu karena ia adalah yang di beritakan pingsan tadi pagi, aku pikir ia ada di rumah sakit sekarang. Aku shock bukan main karena baru kali ini aku di datangi oleh roh seseorang yang aku kenal.
Ia berkata “Adit tolong sampain pesen ibu untuk anak anak ibu di rumah, tolong jangan sedih terus ibu juga jadi sedih dan gak tenang, dan juga tolong bilangin ke anak anak ibu tolong jangan terlalu kasar sama anak anak dan sekolahin yang tinggi supaya bisa mengangkat derajat keluarga kami”.
Akupun hanya mengangguk dan berkata “iya aku pasti sampaikan”
“terimakasih sebelumnya” lalu ibu ibu itu menghilang bagaikan sihir di depan mataku.
Pasti kalian bertanya tanya kenapa aku bisa melihat hal hal yang tak lazim itu, kejadian ini bermula saat aku masih kelas 1 SMP sekitar umur 12 tahunan, dari kecil aku sering di marahi karena aku di kenal sebagai orang yang sangat penakut khususnya oleh hantu. sampai sampai ibuku berkata “dit kamu tuh penakut banget sih, masa kekamar mandi juga harus di anterin?”.
Aku dan teman teman rumahku sering nongkrong di sebuah warung hingga jam 11 malam, sampai sampai aku sering di marahi juga karena hal itu. Aku tidak takut ketika itu karena banyak teman temanku, biasanya kami habiskan waktu dengan main gitar sambil bernyanyi bercerita cerita tentang apa pun.
Ketika suatu malam kami bercerita tentang ke angkeran gardu listrik yang ada di lingkungan kami. Gardu itu gelap sekali tidak ada penerangan sedikit pun dan di sekelilingnya di tumbuhi berbagai macam pohon, dan yang paling besar adalah pohon mangga yang salah satu dahannya seperti bisa diduduki di atasnya, aku sering berfikir kalau di situ ada sesosok hantu wanita yang sedang duduk dan menggoyang goyangkan kakinya sambil memperhatikan orang orang yang melintas di depan jalan.
Kami pun akhrinya membuat satu permainnan yaitu hompimpah dan siapa yang kalah harus memutari gardu itu. tapi aku menolak karena aku takut sekali, untuk melewati gardu saja aku selalu lari apa lagi di suruh memutari gardu. Tapi aku di paksa teman teman ku dan akhrinya aku ikut dalam permainan mereka “alah belum tentu aku kalah juga kan?” tegarku dalam hati. “hompimpahhh...” ya Allah ko kalah? Yang berbeda sendiri hanya aku. Aku minta di ulang tapi mereka menolaknya dengan berbagai macam alasan. akhirnya kami  menghampiri gardu itu dan akhirnya aku pun tau bahwa teman temanku sudah merencanakan semua ini. dan sudah di susun strategi agar aku yang kalah, kontan aku pun marah kepada mereka dan aku ingin pulang saja kerumah.
“apa cemen banget sih, orang Cuma muterin gardu 7 kali aja, lagian kita juga kan ngeliatin dari sini, anggap aja lagi naik haji hahahah” ucap salahsatu teman ku fio.
Karena di ejek seperti itu akhrnya aku mau tidak mau melakukannya walaupun dengan perasaan yang sangat kesal, marah, takut semuanya menjadi satu.
Aku mulai memutarinya dengan setengah berlari dan “1... kali 2... kali 3... kali 4... kali 5... kali 6... kali 7... kali  selesai” aku melihat teman temanku berlarian menuju rumahnya masing masing “oi tunggu dasar *****” aku pun ikut berlari menuju rumah dan dengan perasaan yang amat sangat marah duduk di kursi ruangan tv dan menyalakan tv, aku lelah sekali karena di kerjai teman temanku sendiri.
Ketika beberapa saat kemudian aku mendengar suara anak kecil tertawa “loh kok? Emang ada anak kecil ya di rumah ini?” karena hanya adik ku dan dia pun sudah tertidur, bahkan seluruh orang di rumahku sudah tidur hanya aku saja yang masih bangun. Aku ketakutan dan mencoba fokus kepada acara tv. Tapi sura tawa itu terdengar lagi dan seperti mengelilingiku aku ketakutan amat sangat, jika aku membangunkan orang tuaku pasti mereka akan marah padaku karena pasti mereka tidak akan percaya dengan apa yang aku katakan. Aku berlari menuju kamarku dan menutup diriku dengan selimut.
 Setelah aku rasa keadaan sudah aman aku membuka selimut dan kembali keruang tv karena aku merasa lebih aman di ruangan tv dari pada di kamarku. Aku  duduk di sofa dan mulai menyalakan tv lagi. Beberapa saat kemudian tawa itu terdengar lagi bahkan lebih keras dari yang tadi. Aku mulai membaca segala doa yang aku bisa. Dan tiba tiba saja muncul di depanku sesosok anak kecil yang kulitnya hitam legam sekali dan hanya mengenakan kain seperti celana pendek berwarna putih. “s...i si..apa kamu?” teriakku dia hanya tersenyum kepadaku dengan senyumannya yang menyeramkan.
Entah mengapa aku malah lari dan menuju kekamarku bukannya membangunkan orang tuaku. Aku menutup pintu dan bersembunyi lagi di balik selimut. Suara tawa itu tetap aku bisa dengar dengan jelas sekali. Beberapa saat kemudian ketika suara itu mulai hilang aku membuka selimutku untuk memastikan keadaan, dan betapa kagetnya ketika ku lihat anak kecil itu ada tepat di depanku “kakak ayo main lagi yu” ucap anak itu sambil menggoyang goyangkan tubuhku sambil tersenyum. Kepalaku berat dan semuanya menjadi gelap seketika itu juga.
Aku terbangun karena di bangun kan oleh orang tuaku untuk sholat subuh. Keluargaku tidak ada yang tahu bahwa aku bukan tidur tapi melainkan pingsan, aku menceritakan kejadian semalam pada teman teman ku, mereka hanya meminta maaf padaku dan ibu pemilik warung mulai angkat bicara “oh jadi gitu, gardu itu tuh tempat buat pembuangan jin dari rumah rumah warga sekitar. Jadi mungkin mereka ke ganggu dengan kalian main di sana”. aku hanya bisa terdiam. dan kalian tau kalau itu bukan kali terakhirnya aku melihat makhluk gaib, mataku pun tetap terbuka untuk melihat mereka dan lama kelamaan aku pun terbiasa dengan hal tersebut.

Kembali ke cerita awal. Aku pulang kerumah dan betapa kagetnya melihat 2 bendera kuning tertancap di depan gang rumahku, aku melihat banyak sekali orang. Aku menanyakan siapa yang meninggal, dan ternyata benar saja ibu pemilik warung itu meninggal dunia.
Aku masuk kerumah dan mulai berbincang tentang arwah ibu itu yang menitipkan pesan kepadaku. dan kami sapakat untuk menyampaikan pesan itu kepada keluarganya.

Tentangku

Namaku Aditya umurku 18 tahun, Aku senang berteman dengan siapa saja, termasuk kalian :).

0 komentar:

QwertAdit

QwertAdit