Gara Gara Ini Semuanya Di Mulai
0
Kakiku melangkah
lunglai melewati jalanan yang sudah bosan aku lalui ini, pagi ini aku lemas
sekali karena diberitakan salah seorang tetanggaku di temukan pingsan di
kamarnya dengan mulut berbusa dan wajah membiru. Aku pikir ia akan meninggal
karena ia sudah cukup tua mungkin umurnya sekitar 65 tahun nan
, ia adalah pemilik sebuah warung yang biasa aku dan teman temanku jadikan tempat untuk nongkrong, orang nya sangat ramah kepada kami.
, ia adalah pemilik sebuah warung yang biasa aku dan teman temanku jadikan tempat untuk nongkrong, orang nya sangat ramah kepada kami.
Aku terus berjalan
dengan menggunakan seragam putih abu abu yang gombrang ini. karena sekolah ku
tidak di lewati kendaraan umum dan jaraknya yang cukup jauh, itu lah yang
membuatku malas pergi ke sekolah.
Ketika sampai di
gerbang sekolahan aku harus pushup karena itu adalah hukuman bagi orang yang
terlambat masuk ke sekolah, hampir setiap hari aku terlambat entah mengapa aku
sering mencoba berangkat lebih awal tapi tetap saja ketika sampai di sekolah
sudah terlambat juga.
Aku langsung
membanting tas ke meja dan duduk dengan muka madesu, orang bilang mukaku ini
tidak ada pancaran semangatnya katanya mukaku adalah muka malas, padahal aku
tidak semalas itu juga.
Pelajaran pun di
mulai. aku sudah mulai bosan dengan pelajaran pelajaran ini, dan sampai lah jam
pelajaran ke 5 saatnya ulangan bahasa Indonesia, “sial aku lupa gak ngapalin”elotehku
dalam hati. ulangan pun di mulai, tiba tiba bulu kudukku merinding dan aku
merasakan dingin yang sangat aneh, aku tidak berfikiran yang macam macam waktu
itu karena memang sekarang sedang musim hujan dan di luarpun agak mendung.
Setelah beberapa saat terdengar seperti ada suara seorang perempuan menangis
“siapa yang nangis ya? Apa ada yang nangis gara gara ga bisa ngejawab ulangan ?”
pikirku. Aku tak menghiraukannya dan tetap melanjutkan mengerjakan soal soal
yang kebanyakan bacaan ini. Tidak beberapa lama kemudian suara tangis itu
semakin jelas terdengar, aku ingin sekali menengok ke arah belakang dan mencari
tahu siapa yang menangis, tetapi ku urungkan niatku itu karena gurunya sangat
galak, pasti di marahi kalau liat kebelakang. (karena aku duduk di paling depan
di pojok kiri)
Tetapi ketika aku
mendengarkan lagi dengan seksama ternyata tangisan itu berasal dari arah sebelah
kiriku “loh kan di kiri cuman ada tembok” aku pun menengok ke arah kiri dan ternyata
memang tidak ada siapa siapa.
Jam pelajaran pun
selesai dan saatnya untuk pulang, tetapi kebiasaan ku dan beberapa teman teman
kelasku adalah diam dulu sambil ngobrol ngobrol di balkon depan kelas. Temanku
satu per satu sudah mulai pulang, dan ketika aku hendak pulang untuk mengambil
tas di dalam kelas, aku terhentak kaget melihat sesosok ibu ibu dengan baju
merah dan menggunakan sarung coklat kotak kotak duduk di bangku ku sambil
menangis, dan yang lebih menyeramkan lagi adalah aku sudah tak asing lagi
melihat ibu ibu itu karena ia adalah yang di beritakan pingsan tadi pagi, aku
pikir ia ada di rumah sakit sekarang. Aku shock bukan main karena baru kali ini
aku di datangi oleh roh seseorang yang aku kenal.
Ia berkata “Adit
tolong sampain pesen ibu untuk anak anak ibu di rumah, tolong jangan sedih
terus ibu juga jadi sedih dan gak tenang, dan juga tolong bilangin ke anak anak
ibu tolong jangan terlalu kasar sama anak anak dan sekolahin yang tinggi supaya
bisa mengangkat derajat keluarga kami”.
Akupun hanya
mengangguk dan berkata “iya aku pasti sampaikan”
“terimakasih
sebelumnya” lalu ibu ibu itu menghilang bagaikan sihir di depan mataku.
Pasti kalian
bertanya tanya kenapa aku bisa melihat hal hal yang tak lazim itu, kejadian ini
bermula saat aku masih kelas 1 SMP sekitar umur 12 tahunan, dari kecil aku
sering di marahi karena aku di kenal sebagai orang yang sangat penakut
khususnya oleh hantu. sampai sampai ibuku berkata “dit kamu tuh penakut banget
sih, masa kekamar mandi juga harus di anterin?”.
Aku dan teman teman
rumahku sering nongkrong di sebuah warung hingga jam 11 malam, sampai sampai
aku sering di marahi juga karena hal itu. Aku tidak takut ketika itu karena
banyak teman temanku, biasanya kami habiskan waktu dengan main gitar sambil
bernyanyi bercerita cerita tentang apa pun.
Ketika suatu malam
kami bercerita tentang ke angkeran gardu listrik yang ada di lingkungan kami.
Gardu itu gelap sekali tidak ada penerangan sedikit pun dan di sekelilingnya di
tumbuhi berbagai macam pohon, dan yang paling besar adalah pohon mangga yang
salah satu dahannya seperti bisa diduduki di atasnya, aku sering berfikir kalau
di situ ada sesosok hantu wanita yang sedang duduk dan menggoyang goyangkan
kakinya sambil memperhatikan orang orang yang melintas di depan jalan.
Kami pun akhrinya
membuat satu permainnan yaitu hompimpah dan siapa yang kalah harus memutari
gardu itu. tapi aku menolak karena aku takut sekali, untuk melewati gardu saja
aku selalu lari apa lagi di suruh memutari gardu. Tapi aku di paksa teman teman
ku dan akhrinya aku ikut dalam permainan mereka “alah belum tentu aku kalah
juga kan?” tegarku dalam hati. “hompimpahhh...” ya Allah ko kalah? Yang berbeda
sendiri hanya aku. Aku minta di ulang tapi mereka menolaknya dengan berbagai
macam alasan. akhirnya kami menghampiri
gardu itu dan akhirnya aku pun tau bahwa teman temanku sudah merencanakan semua
ini. dan sudah di susun strategi agar aku yang kalah, kontan aku pun marah
kepada mereka dan aku ingin pulang saja kerumah.
“apa cemen banget
sih, orang Cuma muterin gardu 7 kali aja, lagian kita juga kan ngeliatin dari
sini, anggap aja lagi naik haji hahahah” ucap salahsatu teman ku fio.
Karena di ejek
seperti itu akhrnya aku mau tidak mau melakukannya walaupun dengan perasaan
yang sangat kesal, marah, takut semuanya menjadi satu.
Aku mulai
memutarinya dengan setengah berlari dan “1... kali 2... kali 3... kali 4... kali
5... kali 6... kali 7... kali selesai”
aku melihat teman temanku berlarian menuju rumahnya masing masing “oi tunggu
dasar *****” aku pun ikut berlari menuju rumah dan dengan perasaan yang amat
sangat marah duduk di kursi ruangan tv dan menyalakan tv, aku lelah sekali
karena di kerjai teman temanku sendiri.
Ketika beberapa saat
kemudian aku mendengar suara anak kecil tertawa “loh kok? Emang ada anak kecil
ya di rumah ini?” karena hanya adik ku dan dia pun sudah tertidur, bahkan
seluruh orang di rumahku sudah tidur hanya aku saja yang masih bangun. Aku
ketakutan dan mencoba fokus kepada acara tv. Tapi sura tawa itu terdengar lagi
dan seperti mengelilingiku aku ketakutan amat sangat, jika aku membangunkan
orang tuaku pasti mereka akan marah padaku karena pasti mereka tidak akan
percaya dengan apa yang aku katakan. Aku berlari menuju kamarku dan menutup
diriku dengan selimut.
Setelah aku rasa keadaan sudah aman aku membuka
selimut dan kembali keruang tv karena aku merasa lebih aman di ruangan tv dari
pada di kamarku. Aku duduk di sofa dan
mulai menyalakan tv lagi. Beberapa saat kemudian tawa itu terdengar lagi bahkan
lebih keras dari yang tadi. Aku mulai membaca segala doa yang aku bisa. Dan
tiba tiba saja muncul di depanku sesosok anak kecil yang kulitnya hitam legam
sekali dan hanya mengenakan kain seperti celana pendek berwarna putih. “s...i
si..apa kamu?” teriakku dia hanya tersenyum kepadaku dengan senyumannya yang
menyeramkan.
Entah mengapa aku
malah lari dan menuju kekamarku bukannya membangunkan orang tuaku. Aku menutup
pintu dan bersembunyi lagi di balik selimut. Suara tawa itu tetap aku bisa
dengar dengan jelas sekali. Beberapa saat kemudian ketika suara itu mulai
hilang aku membuka selimutku untuk memastikan keadaan, dan betapa kagetnya
ketika ku lihat anak kecil itu ada tepat di depanku “kakak ayo main lagi yu”
ucap anak itu sambil menggoyang goyangkan tubuhku sambil tersenyum. Kepalaku
berat dan semuanya menjadi gelap seketika itu juga.
Aku terbangun karena
di bangun kan oleh orang tuaku untuk sholat subuh. Keluargaku tidak ada yang
tahu bahwa aku bukan tidur tapi melainkan pingsan, aku menceritakan kejadian
semalam pada teman teman ku, mereka hanya meminta maaf padaku dan ibu pemilik
warung mulai angkat bicara “oh jadi gitu, gardu itu tuh tempat buat pembuangan
jin dari rumah rumah warga sekitar. Jadi mungkin mereka ke ganggu dengan kalian
main di sana”. aku hanya bisa terdiam. dan kalian tau kalau itu bukan kali
terakhirnya aku melihat makhluk gaib, mataku pun tetap terbuka untuk melihat
mereka dan lama kelamaan aku pun terbiasa dengan hal tersebut.
Kembali ke cerita
awal. Aku pulang kerumah dan betapa kagetnya melihat 2 bendera kuning tertancap
di depan gang rumahku, aku melihat banyak sekali orang. Aku menanyakan siapa
yang meninggal, dan ternyata benar saja ibu pemilik warung itu meninggal dunia.
Aku masuk kerumah
dan mulai berbincang tentang arwah ibu itu yang menitipkan pesan kepadaku. dan
kami sapakat untuk menyampaikan pesan itu kepada keluarganya.
0 komentar:
Post a Comment